Skip to main content

DIY #1 - My Personal Overall Bag

Dimana ada asap disitu ada api, sejarah yang ada mempengaruhi yang sekarang terjadi.

Once upon a time, aku cuma punya 1 buah tas bahu abu-abu yang belum sempat dicuci karena dipakai terus-terusan. Mau hunting di pojok-pojok hedon masih belum dapet ‘surat jalan’nya. Then, I should go back to Bandung (MCR and SMF meeting, English course, etc), dan tas abu-abuku masih seperti gumpalan debu! Tiba-tiba teringat overall waktu SMP yang sudah tak terpakai dan eurekaaa, I’ve imagine a design of Overall Backpack (actually I want to make it multifunction, as a backpack or a bag). Langsung aku presentasikan desainku itu pada ibuku yang mahir menjahit *_*. Dan setelah antusiasnya berkata-kata dengan alat peraga pula, ibuku mengernyitkan dahinya and says,

“gak kebayang Teh, Mamah lagi ngerjain pesanan orang dulu ya, deadline-nya mepet.”

Tidaaak! Ini sungguh bertentangan dengan prinsip-prinsip baruku tentang Self Revolution of Az.

“Ya udah, az bikin polanya dulu, ntar periksa plus kasih petunjuk sama Mamah, yah?”

Dan beliaupun mengangguk pasti.

Unfortunately aku belum seantusias setelah aku menyelesaikan tas ini, jadi nggak ngebet pengen foto-foto prosesnya, also I’m in hurry. T_T

Gunting bagian atas overall yang punya saku berlapis, digunting bentuk pattern tas, ditambahin tempelan kain untuk menyesuaikan dengan pattern yang asal-asalan. Bertanya lagi ke Mamah, bikin pattern bagian belakangnya, nanya lagi, nempelin sponge ke overall (blue denim), nanya lagi, nyatuin bagian depan dan belakang, nanya lagi, bikin puring dari rok-rok bekas dan sleting, ditempelin ke tas, nanya lagi, bikin tali, kependekan, ditambahin. Bagian atas dan menempelkan tali ke tas baru deh dilakukan oleh ibunda tercinta.

Hasilnyaaa :
[photos taken @ Wow Wow]

Ini bagian belakangnya, dihiasi tali yang ditambahin warna denim karena awalnya kependekan.

It’s my first product that “on the road” (finished until you can use it). Terakhir aku ngejahit waktu masih sekolah, bantuin my mom ngerjain kerudung, and stopped a few minutes later setelah kuku tertusuk jarum mesin jahit. Until today. It’s nice bisa punya bidang eksperimen baru *_*. Dan semua ini terjadi berkat Alloh and my mom yang ‘memaksaku’ to do it myself. And thanks for that :D Alhamdulillah. Welcome fashion, I’m ready to join the war, in my own way and strategy. >o<9

Comments

Popular posts from this blog

It is (Not) the Beginning - Pembibitan Alumni PTAI 2013

Cerita ini dimulai sejak pelepasan alumni yang diadakan fakultas psikologi. Saat itu dekan mengumumkan bahwa ada peluang beasiswa ke luar negeri yang diprioritaskan untuk lulusan terbaik. Alhamdulillah untuk gelombang wisuda kali ini, saya menjadi lulusan terbaik dan tercepat. Seusai pelepasan, saya bergegas menghampiri Pak Agus-wakil dekan I (yang sudah mau masuk mobil), untuk bertanya lebih lanjut mengenai beasiswa tersebut. Beliau menjelaskan bahwa syarat lain yang harus saya penuhi adalah nilai TOEFL yang cukup, dan untuk pengumuman lebih detailnya, suratnya sedang difotokopi oleh Neyna-salah satu sahabat saya, jadi katanya nanti saya tinggal minta ke dia. Okay. Dan mulailah saya mencari-cari kursus TOEFL MURAH (yang sama sekali nggak mungkin murah) kemana-mana. Tapi kemudian saya memutuskan belajar sendiri dengan mengerjakan latihan di buku TOEFL (buku yang saya rekomendasikan untuk TOEFL ITP adalah “An Easy Way To Answer TOEFL” karya Otong Setiawan Djuharie). Saya juga mul...

Beautiful Places #3

GH Universal Studios! Oops, salah, I mean Hotel not Studio. Hohoho. This is my dream wedding place *_*. Arsitekturnya bergaya Renaissance-udah kayak istana di Eropa sana. Jadi inget ama Westminster Abbey-nya Prince William ama Kate Middleton. Hehe. This is the view at night : Pas googling, sempet liat hotel ini mau dijual 300 milyar. Hotel yang sekarang itu udah ada yang beli atau masih dalam status dijual ya? Hmm. Kita coba masuk ke dalem 'istana' ini yuk...  

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, LPDP

Sudah saya bilang sebelumnya kalau Pembibitan itu bukan awal dari perjalanan saya tapi ia adalah awal dari ketetapan hati saya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelumnya saya sudah memastikan bahwa saya akan bersekolah di dalam negeri saja, mengingat kondisi saya yang sudah “turun mesin”. Padahal sebelumnya lagi, sejak kecil saya menggebu-gebu ingin sekolah ke luar negeri, sampai saya mengoleksi lirik lagu bahasa Inggris (catat, bukan kaset atau CD-nya, melainkan catatan liriknya, haha), beraniin diri datang ke pameran sekolah Kanada di hotel bintang lima yang notabene di tahun itu masih langka dan yang hadirnya itu orang kaya semua, ikutan kursus bahasa Inggris yang murah bareng temen se-geng, nangis-nangis pengen kursus bahasa Inggris yang bonafid dan mahal tapi nggak diizinin Ibu Suri (tapi Alhamdulillah akhirnya dapat kesempatan ikut Pembibitan) dan sampai di awal kuliah: majang foto gedung departemen psikologi-nya Stanford University di wallpaper netbook (meski sampa...