Cerita ini dimulai sejak
pelepasan alumni yang diadakan fakultas psikologi. Saat itu dekan mengumumkan
bahwa ada peluang beasiswa ke luar negeri yang diprioritaskan untuk lulusan
terbaik. Alhamdulillah untuk gelombang wisuda kali ini, saya menjadi lulusan
terbaik dan tercepat. Seusai pelepasan, saya bergegas menghampiri Pak
Agus-wakil dekan I (yang sudah mau masuk mobil), untuk bertanya lebih lanjut
mengenai beasiswa tersebut. Beliau menjelaskan bahwa syarat lain yang harus
saya penuhi adalah nilai TOEFL yang cukup, dan untuk pengumuman lebih
detailnya, suratnya sedang difotokopi oleh Neyna-salah satu sahabat saya, jadi
katanya nanti saya tinggal minta ke dia. Okay.
Dan mulailah saya mencari-cari
kursus TOEFL MURAH (yang sama sekali nggak mungkin murah) kemana-mana. Tapi
kemudian saya memutuskan belajar sendiri dengan mengerjakan latihan di buku
TOEFL (buku yang saya rekomendasikan untuk TOEFL ITP adalah “An Easy Way To
Answer TOEFL” karya Otong Setiawan Djuharie). Saya juga mulai browsing tentang
TOEFL, IELTS, cara menulis personal statement, dan segala hal tentang sekolah
ke luar negeri. Tapi kapan deadline aplikasi Pembibitan dan kemana saya bisa
mengirim persyaratan masih menjadi misteri, sampai dosen pembimbing tersayang
saya, Pak Tahrir, memposting infonya di grup facebook fakultas. Program itu
disebut “Pembibitan Alumni PTAI 2013”. Saya mencoba mengakses link yang beliau
berikan, tapi gagal terus. Saya juga coba hubungi Neyna menanyakan tentang
pengumuman yang ada di dia, tapi tidak ada balasan. Dan saya mulai gelisah.
Setelah beberapa minggu tanpa
kepastian, tepatnya tanggal 26 September 2013, saya smsan lagi sama salah satu sahabat
saya yang punya impian serupa (kuliah ke luar negeri), Iffah. Dia dan Neng Sinta sedang membuat surat
rekomendasi dari fakultas untuk persyaratan pendaftaran Pembibitan, dan yang
MENGAGETKAN adalah … deadline-nya tanggal 27 September 2013! Iffah juga baru
mendapat info hari itu, kalau saja saya nggak sms dia, saya juga pasti akan
ketinggalan informasi. Buru-buru saya menitipkan satu surat rekomendasi atas
nama saya ke mereka (Alhamdulillah prosedurnya cukup mudah, cukup mencantumkan
nama dan NIM di daftar permohonan surat di Tata Usaha). Tapi usahanya tidak
berhenti sampai disitu, kami masih harus mengikuti TOEFL Prediction, dan
membuat proposal tesis dalam waktu 24 jam ke depan. Yaampun. Dan dengan
persiapan seadanya: TOEFL Prediction dengan skor sehari jadi, proposal tesis
yang hanya modifikasi dari skripsi saya dengan menambah variabel, dan essay
singkat dalam waktu semalam, esoknya kami berhasil mengirimkan semua persyaratan
tersebut dengan cap pos sesuai deadline. Menghela nafas untuk satu tahap.
Saya juga akhirnya bisa mengetahui
detail program Pembibitan tersebut dari surat yang diunduh Iffah. Program
Pembibitan Alumni PTAI 2013 ini dulunya disebut Pembibitan Dosen, tapi untuk
dua tahun terakhir ini telah diubah namanya menjadi Alumni, sehingga lulusan
program ini belum langsung diangkat menjadi dosen (tapi harus kuliah
pascasarjana dulu). Program ini adalah semacam pembekalan agar para alumni PTAI
mampu bersaing dengan alumni PT lain untuk mendapatkan beasiswa luar negeri.
Meskipun begitu, saya tetap berpikir bahwa somehow
program ini akan menyumbangkan peran penting untuk langkah saya
selanjutnya. Semoga.
Setelah hari menyiapkan
persyaratan yang hectic itu, setiap
hari ibu tersayang mengingatkan saya untuk selalu mengecek pengumuman di
website Diktis. Dan pada suatu hari saya melihat bahwa daftar peserta seleksi
wawancara sudah muncul, nama saya dan Neyna tertulis di lokasi seleksi Jakarta.
SMS dan e-mail pun datang dari panitia Pembibitan sebagai konfirmasi bahwa kami
masuk tahap selanjutnya. Jadilah subuh itu saya, Firyal (my little baby), dan
Neyna berangkat naik bis dari Cileunyi menuju Jakarta: kursi penumpang penuh,
dan saya, sambil menggendong Firyal, duduk samping pak sopir yang sedang
bekerja, sedangkan Neyna berdiri. Sampai Bekasi baru kami mendapat tempat duduk
yang normal. Sesampai terminal Lebak Bulus, ada ayah (suamikuuu) yang sudah
menunggu. Kamipun diantarkan beliau sampai Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tempat kami akan diwawancara. Sebenarnya Iffah juga mendapat SMS dan
e-mail yang sama, dan setelah dicek, ternyata nama Iffah tercantum di lokasi
Yogyakarta. Setelah konfirmasi atas kesalahan penulisan tersebut, jadi hari itu
juga dia ditunggu panitia untuk mengikuti wawancara di Jakarta. Iffah menyusul
ke Jakarta selagi kami akan pulang, jadi kami hanya bisa menemani secara
psikis, hiks, maaf ya Fah sayang.
Setelah beberapa waktu (mungkin sekitar 2 minggu dari wawancara),
akhirnya pengumuman peserta Pembibitan diumumkan di website Diktis, dan
tampaklah 2 nama yang berasal dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung: namaku (Alhamdulillah) dan
Agus Joharudin (yang belum pernah saya dengar namanya sebelumnya.
(Oh ternyata dari fakultas lain juga ada yang daftar Pembibitan ini
ya)
(Agus Joharudin itu fakultas mana ya?)
(Mamah: “Dia udah tahu belum ya kalo namanya ada di website? Coba cari
dia teh, kasih tahu”
(Dikasih uang saku nggak ya?)
(Asramanya kayak gimana?)
(Dan beragam pikiran lain berkecamuk di otakku)
Dimulailah rapat darurat dengan suamiku tentang hal ini, dengan
keputusan finalnya adalah berangkat dengan Firyal, dan nanti gantian jaga dengan
suami. Ketika berangkat, entah kenapa mamah ingin ikut mengantarku sampai
Jakarta dengan Keke (yang nantinya ternyata memberi kontribusi signifikan pada
kelanjutan programku). Jadilah kami berempat: aku, mamah, Keke, dan Firyal
mengendarai bis Primajasa yang legendaris (karena saking seringnya naik bis
ini, hihi) menuju Jakarta.Sesampai disana (lokasi kegiatan ini terpusat di Pustiknas), peserta
disediakan asrama, tetapi dengan jatah 1 kamar untuk 4 peserta. Dan mendadak
suamiku nggak bisa gentian jaga Firyal karena suatu hal, sayapun kebingungan.
Kemudian Mamah menawarkan solusi yakni beliau ikut di Jakarta untuk jagain Firyal.
Solusi itu membawa konsekuensi:
1. Sebagai peserta yang membawa rombongan keluarga,
berarti saya harus menyewa kamar di luar asrama, berarti saya harus mencari
dana tambahan untuk ini (yang kemudian saya dapat dari menjual cincin saya
satu-satunya, bismillah)
2. Kalau Mamah ikut ke Jakarta, otomatis Keke pun
nggak akan bisa ditinggalin, mau nggak mau ikut di Jakarta, dan harus
konfirmasi dulu ke sekolahnya
I think it’s a quite sacrifice! And I felt overwhelmed with this
situation… Sayapun menelepon salah seorang dosenku untuk berkonsultasi mengenai
hal ini, apakah ini layak diperjuangkan atau tidak, and he said, “Go on”. Dengan mengucap basmalah, setelah menelepon
sekolah Keke dan mendapat izin (later, meski dia bolos cukup lama, alhamdulillah dia dapat ranking 9), kamipun stay
di Jakarta.
Tiga hari pertama Pembibitan seperti bergerilya, pukul 8 pagi sampai 5 sore saya masuk kelas, sore harinya saya mencari kontrakan yang lokasinya bisa sedekat mungkin dengan Pustiknas agar saya tidak terlalu lelah bolak-balik. Malam-malam itu kami tidur berempat di satu kasur ukuran single, dengan kaki yang disandarkan pada kursi. Dan setelah 3 hari tersebut, akhirnya kami bisa pindah ke kamar kontrakan yang meskipun fasilitasnya tidak lebih nyaman dari asrama, tetapi setidaknya kami bisa tidur berempat dengan leluasa.
Tiga hari pertama Pembibitan seperti bergerilya, pukul 8 pagi sampai 5 sore saya masuk kelas, sore harinya saya mencari kontrakan yang lokasinya bisa sedekat mungkin dengan Pustiknas agar saya tidak terlalu lelah bolak-balik. Malam-malam itu kami tidur berempat di satu kasur ukuran single, dengan kaki yang disandarkan pada kursi. Dan setelah 3 hari tersebut, akhirnya kami bisa pindah ke kamar kontrakan yang meskipun fasilitasnya tidak lebih nyaman dari asrama, tetapi setidaknya kami bisa tidur berempat dengan leluasa.
(Refleksi Diri : Saya bisa saja mengikuti kegiatan ini sendirian dan
menitipkan Firyal di Sumedang bersama Mamah dan Keke, tetapi dengan begitu saya
akan secara total meninggalkan kewajiban saya sebagai ibu dan saya tidak mau
hal itu terjadi, jadi sebut saja langkah saya kali ini sebagai “Keegoisan
Seorang Ibu yang Didukung oleh Ibunya Ibu”, hehe)
Apa saja kegiatan Pembibitan tahun ini? Materi Pembibitan mulai hari
Senin sampai Sabtu, pukul 08.00 sampai 17.00, dengan jam istirahat pukul
10.00-10.15, 12.00-13.30, dan 15.00-15.30 (setiap jam istirahat saya
bolak-balik ke kontrakan untuk menyusui Firyal). Materi Pembibitan terdiri dari
pelatihan TOEFL, mentoring, seminar, info beasiswa, dan sharing pengalaman dari teman-teman baru yang dahsyat.
Ini kenapa cuma saya yang nanggeuy gado ya? -_- (Semoga ini salah satu ciri pemimpi profesional kalo kata Qyqy mah) |
Saya sekelas dengan orang-orang yang sepertinya akan sulit dilupakan,
ada Pak Haris Mubarak dari Jambi yang berkharisma tapi kocak, ada Mbak Iin dari
Jakarta yang fashionable dan selalu
memecah kesunyian dengan suara tawanya, ada Ifa dari Yogya yang suka nyeletuk
dengan bahasa Korea dan punya tatapan ngantuk andalan, Dirga dari Tangerang yang
intelek dan pantang menyerah, Wildan dari Yogya yang kritis dan kalem, Uda
Idris dari Bukittinggi yang jadi icon
kelas kita, Zamzami dari Aceh yang unpredictable
(wajah serius tapi ternyata di waktu yang pas bisa kocak banget), Teguh
dari Riau yang jago teknologi (sepertinya dia bakal merebut impian lamaku
sebagai penemu alat-alat canggih) dan gokil (kayaknya dia bakal sukses di
bidang stand up comedy juga deh,
hihi), Suuci dari Cirebon yang lemah lembut dan pronunciation-nya keren banget,
Mira dari Jambi sang penguasa teori bahasa Inggris, Rahimah dari Medan dengan
logat khasnya yang menggelegar dan selalu membangkitkan semangat seisi kelas,
Kak Lisa dari Aceh yang baik hati dan excited
sama segala hal baru, Bunda Tara dari Banjarmasin yang keibuan tapi berjiwa muda, Kang Husni yang bikin kangen saya sama Sunda
terobati, Agus Joharudin yang keliatannya cuek padahal baiiik banget dan padahal
sekampus tapi belum pernah ketemu sebelumnya, Lia dari Medan yang sama sekali
nggak kayak orang Medan dan serasi sama Agus :p, Putri dari Riau yang cantik
dan anggun, Nu’an yang tangguh dan teman komunikasi batin saya karena tempat
duduk kami berjauhan, dan kak Amin yang masih pengantin baru dan it seems he is going to become a
grammarian :-).
Saya juga bersyukur bisa bertemu dan mendapat ilmu dari ahlinya, mulai
dari tim pengajar TOEFL yang dipimpin Mr. Sukasah Syahdan yang undoubtedly
great in teach and communicate, bersama Mr. Yosserin yang hazardously
brilliant, Ms. Vici yang beautifully patient, Ms. Emma yang wonderfully
experienced, Mr. Ade Rachman yang extremely fun, Ms. Emi yang friendly dan
motherly, Mr. Aam yang musically speaking, dan Mr. Satrio yang serious but
sometimes making jokes too. Tim PPIM mulai dari Pak Ismet yang kalo kata Pak
Fuad, bisa menjual yang udah nggak bisa dijual sama siapapun saking jagonya
ngelobby, Pak Idris sang ketua panitia yang disibukkan antara mengurusi peserta
dan menghadap pihak ‘atas’, Mbak Isna dkk yang ramah dan sigap bantuin
sehari-hari kita. Juga para tokoh yang sudah berbagi pengalaman mulai dari
Prof. Komaruddin Hidayat, Bpk. Alimun Hanif, Prof. Atho’ Mudzhar, Prof. Dr.
Bambang Pranowo, MA, Prof. Dr. Bahtiar Effendi, Bpk. Saiful Umam, dll. Mentor
kebanggaan saya Pak Dadi Darmadi, yang udah mau meluangkan waktu untuk mengkoreksi
Personal Statement yang dibuat para amatiran (dengan banyak grammatical errors
dan bahasa yang standar, hehe) dan memberi kami banyak masukan berharga tentang
langkah-langkah selanjutnya. Juga untuk pihak Diktis Kemenag yang sudah
meluncurkan program ini, tanpanya kami nggak akan bisa saling mengenal sampai
kapanpun.
Dan setiap awal pasti ada akhir. Kamipun berpisah dengan janji dan tekad untuk mengejar impian kami
bersama, meski kami berada di belahan Indonesia atau dunia yang berbeda
nantinya, suatu hari kami akan bertemu lagi di tempat dimana kami bisa tersenyum
dalam pengabdian yang abadi. Pembibitan ini bukan permulaan tapi baru sebuah
persiapan untuk kami menentukan langkah di masa depan.
Peserta Pembibitan Alumni PTAI 2013 dan Tim (Disini kami mulai berlari!) |
The Farewell :
(Video yang satu lagi entah kenapa nggak bisa diupload ke blog, bisa klik di sini)
SEMANGAT!
Thanks for keeping my name in your memory, teh Az. This writing is freakin' awesome, and I'm glad to meet you teh. Salam dari Riau :D
ReplyDeleteHehe, thanks. Glad to meet you too, Teguh. Again, just like you said: Break a leg! :D
Deletesukses trs say, hebat menginspirasi bgt ttp ngasuh-ngasih anak sambil menggapai cita cita :D barokallah :*
ReplyDeleteaamiin.. sukses buat kitaaa say :*
Delete