Skip to main content

Namaku Rudi, Catat Neng!

Di pintu auditorium kulihat sosok yang tak asing, laki-laki tua yang mengaku sebagai ayahku tapi tak pernah kurasakan ke’ayah’annya. Tapi aku harus tetap menghampiri orang itu, mencium tangannya, dan memperlihatkan diriku yang memakai toga. Dia hanya menepu-nepuk pundakku tanpa ekspresi. Jadi aku kuliah selama 3 tahun ini hanya untuk mendapat tepukan pundakkah? Apa lagi yang harus kulakukan untuk mendapatkan ayah yang sebenarnya? Ataukah aku susul ibu saja ke surga?

***

Dan disinilah aku pada akhirnya, mendekam di rumah layaknya narapidana padahal tak ada yang menahanku. Aku hanya merasa tak bisa pergi. Setelah Siska memutuskanku tanpa sebab 5 tahun yang lalu, aku merasakan sakit yang dalam sepanjang waktu, kehilangan sosok wanita yang paling kucintai untuk kedua kalinya. Tapi aku punya cara untuk melupakan Siska, aku merasakan kenikmatan terbesar saat membayangkan tangan Siska menyentuh kemaluanku. Tapi akupun merasa bersalah, karena aku tahu itu buruk dalam agama. Aku rajin beribadah, dan kadang-kadang aku membaca kitab suci agar Tuhan mau mengampuni dosa-dosaku.

Saat aku beribadah, aku merenung, aku punya siapa di dunia ini? Dan tiba-tiba adikku lewat. Oh, yeah, aku masih punya manusia yang bisa kusayang dan dia menyayangiku. Aku berusaha membahagiakan adikku bagaimanapun caranya, tapi kemudian dia malah mengkhianatiku. Dia meninggalkanku hanya demi wanita yang sebelumnya tak pernah ada dalam kehidupan kami. Dia tampak bahagia. Dan seketika itulah pertanyaan itu berteriak lagi dalam diriku, aku punya siapa di dunia ini? Aku hanya bisa meringis kesakitan sendiri, tanpa bisa menangis, karena aku laki-laki, aku tak bisa menangis!

Tapi Haris seolah bisa membaca pikiranku, saat ini aku melihat dia melempari rumah adikku dengan batu. Hal yang sejak dulu ingin kulakukan tapi aku tak sanggup, Haris melakukannya! Tapi, kenapa orang-orang menatapku? Mulai menunjuk-nunjuk ke arahku dengan pandangan jijik, ada yang takut, ada yang marah. Aku belum pernah dipandangi orang sebanyak ini. Ada apa? Kalau kalian ingin memandangi seseorang, kenapa kalian tidak memandangi Haris saja yang sudah melempari rumah adikku? Aku juga penonton seperti kalian. Aku juga memandang Haris dengan marah, meski dalam hati aku bergeliat senang dan ingin sekali berterima kasih padanya. Saat aku berjalan menghampiri Haris untuk membisikkan ucapan terima kasih, tiba-tiba ada yang mendorongku sampai jatuh. Saat aku hendak berbalik, tanganku dicengkeram erat dan tubuhku diseretnya. Akupun berbalik untuk melihat orang yang menyeretku. Tidak, kenapa mereka ada lagi? Apa ada orang yang melaporkan aku gila? Kenapa aku harus kembali ke kamar itu lagi? Aku tidak gila! Apakah ada yang menganggapku gila? Haris, tolong aku. Tapi dia menghilang.

Kenapa aku kembali ke kamar ini lagi? Dikelilingi orang gila dan dokter-dokter yang ikut menganggapku gila. Aku bingung apa yang telah kulakukan hingga bisa sampai ke tempat ini.

(Ini cuma imajinasi yang kubuat berdasarkan obrolan dengan salah satu penghuni Rumah Sakit Jiwa Bandung saat Kabemapsi 2009 melakukan kunjungan ke sana)

Comments

Popular posts from this blog

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, LPDP

Sudah saya bilang sebelumnya kalau Pembibitan itu bukan awal dari perjalanan saya tapi ia adalah awal dari ketetapan hati saya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelumnya saya sudah memastikan bahwa saya akan bersekolah di dalam negeri saja, mengingat kondisi saya yang sudah “turun mesin”. Padahal sebelumnya lagi, sejak kecil saya menggebu-gebu ingin sekolah ke luar negeri, sampai saya mengoleksi lirik lagu bahasa Inggris (catat, bukan kaset atau CD-nya, melainkan catatan liriknya, haha), beraniin diri datang ke pameran sekolah Kanada di hotel bintang lima yang notabene di tahun itu masih langka dan yang hadirnya itu orang kaya semua, ikutan kursus bahasa Inggris yang murah bareng temen se-geng, nangis-nangis pengen kursus bahasa Inggris yang bonafid dan mahal tapi nggak diizinin Ibu Suri (tapi Alhamdulillah akhirnya dapat kesempatan ikut Pembibitan) dan sampai di awal kuliah: majang foto gedung departemen psikologi-nya Stanford University di wallpaper netbook (meski sampa...

Download Komik

Saya pengunjung setia onemanga , tetapi saat ada kabar kalo web itu akan segera RIP karena ga boleh nampilin komik gratis. Saya segera kebingungan dan konsultasi ke Mbah Google . Saya mendapatkan web manga gratisan yang bisa mendownload lebih praktis, karena sekali download untuk 1 volume. Saya mewakili pecinta One Piece yang lain sangat berterima kasih. Saya bukannya mendukung gratisan, karena saat saya punya dokunya juga saya koleksi tuh komiknya. Tapi kalo kepepet dan penasaran saya ga bisa dibendung lagi, apamau dikata.. :-) Website yang baik hati ini yaitu Manga Traders . Tapi sebelumnya kita harus mendaftar dulu dengan klik disini . Hidup Komik dan Manga!!!

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, University of Auckland

Ini ceritanya kayak sinetron, saya berkali-kali jatuh cinta pada beberapa universitas di luar negeri. Mulai dari SMP saya ingin ke Columbia University karena sempat ikut pameran tentang program persiapan masuk kuliah ke situ. Di usia SMA saya jatuh cinta dengan Yale University gara-gara nonton Gilmore Girls, dan yang menghentak pikiran saya waktu itu adalah saat saya mengobrolkannya dengan salah seorang teman, Fajar, Saya        : “Pengen ya kuliah di Yale.” Fajar       : “ Emang bisa kitu .” Saya        : “Iya mahal ya.” Fajar       : “Bukan, emang kaotakan kitu .” (terjemah bebasnya: emang otak kamu nyampe gitu?)