Skip to main content

Jadi Mahasiswa (Lagi)

Yang bikin saya bahagia dan rela jauh-jauh datang ke New Zealand bukan cuma karena ini adalah negara yang indah dan bisa memuaskan hasrat jalan-jalan para tourists, tapi lebih kepada kesempatan belajar yang saya beruntung banget bisa mendapatkan salah satunya. Ah, ribet banget introductionnya. Langsung aja ya ke cerita saya tentang pertama kali masuk kelas.

Preparation
Kalo ini saya jadi inget beberapa mata kuliah di UIN dulu (kayak Psikodiagnostika dan Psikologi Abnormal) yang sebelum masuk kelas itu otaknya harus udah ada isinya, kecuali kalo mau dibikin malu atau nggak dapet nilai tambahan. Di AucklandUni ini juga ada salah satu dosen dari empat courses yang saya ambil, yang udah posting bahan kuliahnya sejak 1 bulan sebelum mulai kuliah, oh wow. Belum apa-apa udah ngerasa overwhelmed aja. Tapi karena jalan ini yang sudah saya pilih, insyaAllah saya akan terus berusaha melanjutkan dan menikmatinya. Mata kuliah lain mulai menyusul memberikan silabus dan reading list-nya beberapa hari sebelum kuliah, dan ada juga yang setelah mulai pertemuan pertama baru ngasih outline-nya. Jadi, di luar negeri juga ada toh yang namanya 'keberagaman tipe dosen'. Hehe.

Dan Kelaspun Dimulai
Kelas pertama yang saya ikuti (Human Learning Development) adalah mata kuliah yang dosennya udah ngasih bahan sejak sebulan lalu itu, dan setelah ketemu dosennya, luar biasa menyenangkan! Dia jagonya mencairkan suasana dan malah menurutku over ekspresif (berasa kayak ngeliat diri sendiri dalam versi yang lebih pintar, haha). Tapi hal ini menambah kepercayaan diriku kalo orang 'lebay' kayak aku juga insyaAllah punya peluang untuk bisa jadi pengajar. Tapi harga yang harus dibayar untuk sebuah kelas yang menyenangkan ini juga sepadan, dalam satu semester ini saya harus ngerjain 1 presentasi, 5 essays, dan 1 research proposal. Glek. Bismillah.
Kelas kedua (Sensory Science), hmm. Sebenarnya materinya keren banget, dosennya juga menurutku paling 'care' karena satu-satunya dosen yang pegang absen mahasiswanya lengkap dengan fotonya. Tapiii, unfortunately entah karena pendengaranku kurang atau aksen beliau yang kurang jelas, aku jadi susah banget nangkep penjelasannya. Yang bisa kuandalkan mungkin materi dari bukunya. Jadi kuputuskan untuk mengganti mata kuliah ini (kami diberi kesempatan 2 minggu untuk menukar atau menghapus mata kuliah yang sudah dipilih sebelumnya) menjadi mata kuliah lain (Community Psychology) yang tidak kalah menariknya dan tidak kalah banyak tugasnya (kayaknya nggak ada deh mata kuliah yang nggak ada tugasnya, dream on, az). Mohon maaf Prof.
Kelas ketiga (Cognitive & Consciousness), dosennya asyik, agak-agak mirip dengan kelas pertama, tapi dengan jenis kelamin yang berbeda, laki-laki. Tugasnya agak bisa bikin bernafas meskipun menantang juga. Dan suasana kelasnya paling hangat, I mean, rame. Hehe.
Kelas keempat (Gender, Power, and Sexuality), materinya menarik, dan di akhir sesi kami diminta diskusi secara kelompok tentang tema yang dibahas. Baru di kelas ini saya agak talkative (padahal di Indonesia saya termasuk orang yang talkative, dan disini suddenly I am become a cool person-gara-gara masih minder sama bahasa, hehe), juga karena memang dikasih opportunity buat ngomong sama dosennya.

Sampai Ketemu Minggu Depan!
Dan akhirnya gerilyapun secara resmi dimulai. Saya mulai berjibaku ngerjain tugas, baca reading material yang setumpuk, dan beradaptasi dengan lingkungan baru disini. Yang bikin saya semangat adalah, perpustakaannya lengkap banget! Mau akses ke penyedia sumber manapun hampir semuanya bisa. Kan jadinya nggak ada alasan buat kita stuck ngerjain atau gimana. Workshop-workshop peningkatan skills akademik dan bahasa yang gratis juga disediain. Mahasiswa baru juga dikasih pemeriksaan kemampuan bahasa Inggris (lagi-lagi gratis) supaya tahu sejauh mana kita bisa survive dan AucklandUni bisa bantu di level mana. Semoga atas izin Allah, dan dengan bantuan dari berbagai penjuru ini, saya bisa menyelesaikan studi ini dengan sebaik-baiknya. Aamiin.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, LPDP

Sudah saya bilang sebelumnya kalau Pembibitan itu bukan awal dari perjalanan saya tapi ia adalah awal dari ketetapan hati saya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelumnya saya sudah memastikan bahwa saya akan bersekolah di dalam negeri saja, mengingat kondisi saya yang sudah “turun mesin”. Padahal sebelumnya lagi, sejak kecil saya menggebu-gebu ingin sekolah ke luar negeri, sampai saya mengoleksi lirik lagu bahasa Inggris (catat, bukan kaset atau CD-nya, melainkan catatan liriknya, haha), beraniin diri datang ke pameran sekolah Kanada di hotel bintang lima yang notabene di tahun itu masih langka dan yang hadirnya itu orang kaya semua, ikutan kursus bahasa Inggris yang murah bareng temen se-geng, nangis-nangis pengen kursus bahasa Inggris yang bonafid dan mahal tapi nggak diizinin Ibu Suri (tapi Alhamdulillah akhirnya dapat kesempatan ikut Pembibitan) dan sampai di awal kuliah: majang foto gedung departemen psikologi-nya Stanford University di wallpaper netbook (meski sampa

Download Komik

Saya pengunjung setia onemanga , tetapi saat ada kabar kalo web itu akan segera RIP karena ga boleh nampilin komik gratis. Saya segera kebingungan dan konsultasi ke Mbah Google . Saya mendapatkan web manga gratisan yang bisa mendownload lebih praktis, karena sekali download untuk 1 volume. Saya mewakili pecinta One Piece yang lain sangat berterima kasih. Saya bukannya mendukung gratisan, karena saat saya punya dokunya juga saya koleksi tuh komiknya. Tapi kalo kepepet dan penasaran saya ga bisa dibendung lagi, apamau dikata.. :-) Website yang baik hati ini yaitu Manga Traders . Tapi sebelumnya kita harus mendaftar dulu dengan klik disini . Hidup Komik dan Manga!!!

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, University of Auckland

Ini ceritanya kayak sinetron, saya berkali-kali jatuh cinta pada beberapa universitas di luar negeri. Mulai dari SMP saya ingin ke Columbia University karena sempat ikut pameran tentang program persiapan masuk kuliah ke situ. Di usia SMA saya jatuh cinta dengan Yale University gara-gara nonton Gilmore Girls, dan yang menghentak pikiran saya waktu itu adalah saat saya mengobrolkannya dengan salah seorang teman, Fajar, Saya        : “Pengen ya kuliah di Yale.” Fajar       : “ Emang bisa kitu .” Saya        : “Iya mahal ya.” Fajar       : “Bukan, emang kaotakan kitu .” (terjemah bebasnya: emang otak kamu nyampe gitu?)