Skip to main content

My Second Scientific Performance: 8th World Congress of Behavioural and Cognitive Therapies 2016

Sejak awal kuliah master di pertengahan 2014 lalu, saya udah mulai hunting conferences yang kira-kira bisa saya coba untuk daftar. Perburuan tersebut terus berlangsung sampai 2015. Salah satu ketentuan pembiayaan LPDP adalah at cost tapi tidak lebih dari Rp 15.000.000,- Saya berburu lebih kencang lagi karena kalau Eropa, US, dan negara lainnya, 15juta mungkin hanya cukup untuk tiket pesawat saja. Salah satu alternatif lokasi paling realistis adalah Australia, negara terdekat dari New Zealand. Mulailah saya fokus mencari events di negeri kangguru itu, dan menemukan informasi the 8th World Congress of Behavioural and Cognitive Therapies (WCBCT) yang akan diadakan di Melbourne. Event lain yang saya pertimbangkan adalah The 23rd Congress of the International Association for Cross-Cultural Psychology di Nagoya, Jepang. Tapi kongres tersebut akan dilaksanakan di tanggal yang melewati masa kontrak beasiswa saya dengan LPDP. Maka fokuslah saya terhadap WCBCT dan berdoa sekuat tenaga semoga Allah memberikan kesempatan saya untuk melatih speaking skills saya di dunia peperangan akademik, kali ini di Melbourne (#alay #abaikan).
Alhamdulillah akhirnya saya mendapat satu slot di Rapid Oral Presentation sessions. di WCBCT tersebut. Melbourne, here I come! Inginnya sekeluarga ikut semua sekalian jalan-jalan, tapi apa daya budget terbatas. Jadilah saya berangkat sendirian. Tiket pesawat dan biaya konferensi yang dibayarkan jauh-jauh hari sedangkan LPDP baru bisa mereimburse setelah saya menyelesaikan kongres tersebut menjadikan kami sekeluarga mesti berhemat selama beberapa waktu sebelum keberangkatan *curcol.

Di pesawat dari Auckland menuju Melbourne. 2 kursi di samping kosong jadi bisa selonjoran bebas :-).
Saya tiba di Melbourne pukul 9-10 pagi dan langsung meluncur ke lokasi kongres untuk mengikuti Pre Congress Workshop mengenai How to Write High Impact Papers and What to Do When Your Manuscript is Rejected dengan James Coyne dari University of Pennsylvania. Yes, I desperately want to publish something, write some words that can be remembered forever, as my legacy to this world (#queenalaala #lebay #abaikan). Meskipun belum pernah ditolak jurnal, karena memang belum pernah mengirim artikel juga, tidak ada salahnya menyiapkan mental dan berkenalan dengan wilayah publish-publish-an ini.
WCBCT Opening.
Setelah workshop, saya memilih beberapa sesi yang menurut saya menarik selama 4 hari di kongres tersebut, mulai dari Grief Therapy, E-Therapy dan E-Mental Health, sampai Improving Access to Psychological Treatments.
Salah satu fungsi kongres dan konferensi adalah untuk melihat perkembangan terbaru riset dan praktik psikologi di dunia untuk yang prefer melihat live daripada baca journals-nya satu-satu.
Pak Robert Neimeyer is in da house!
Jadwal presentasi saya hari Sabtu pagi, hari terakhir di rangkaian kongres. Dan ternyata saya masih deg-degan! I really need to practice more and more. Meskipun deg-degan itu gakkan completely disappear meskipun kamu udah bicara di depan orang ratusan kali, setidaknya you get used to it.
Dari sesi-sesi itu, semakin sadarlah bahwa betapa kecilnya saya ini di tengah-tengah ilmuwan psikologi dan psikolog dunia yang berserakan dengan riset-risetnya yang brilian. Dari melihat tram dan kota Melbourne yang katanya salah satu the most livable city, semakin sadarlah saya bahwa betapa luasnya dunia ini dan kita hanya butiran debu yang walaupun jatuh tapi bisa bangkit lagi nggak kayak lagunya Rumor.
1. Jembatan Yarra River di Melbourne Convention and Exhibition Centre, tempat kongres berlangsung; 2. Flinders Station; 3. Australian Centre for the Moving Image; 4, 5, 6. State Library of Victoria; 7. Pujasera-nya Melbourne, Food Truck; 8. Melbourne City Night View dilihat dari Eureka Tower.

Terima kasih Allah atas izinNya, keluargaku atas sponsor psikologisnya, LPDP atas sponsor biayanya, WCBCT atas kesempatannya, supervisorku atas bimbingannya, mbak Meity atas tumpangan menginapnya setelah jatah 2 malam di hotel dari LPDP, Samah dan segelintir teman-teman baru di WCBCT atas keberadaaannya yang bikin saya nggak ngerasa terlalu sendirian.

“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadiid: 20)

Comments

Popular posts from this blog

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, LPDP

Sudah saya bilang sebelumnya kalau Pembibitan itu bukan awal dari perjalanan saya tapi ia adalah awal dari ketetapan hati saya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelumnya saya sudah memastikan bahwa saya akan bersekolah di dalam negeri saja, mengingat kondisi saya yang sudah “turun mesin”. Padahal sebelumnya lagi, sejak kecil saya menggebu-gebu ingin sekolah ke luar negeri, sampai saya mengoleksi lirik lagu bahasa Inggris (catat, bukan kaset atau CD-nya, melainkan catatan liriknya, haha), beraniin diri datang ke pameran sekolah Kanada di hotel bintang lima yang notabene di tahun itu masih langka dan yang hadirnya itu orang kaya semua, ikutan kursus bahasa Inggris yang murah bareng temen se-geng, nangis-nangis pengen kursus bahasa Inggris yang bonafid dan mahal tapi nggak diizinin Ibu Suri (tapi Alhamdulillah akhirnya dapat kesempatan ikut Pembibitan) dan sampai di awal kuliah: majang foto gedung departemen psikologi-nya Stanford University di wallpaper netbook (meski sampa...

Jadi Mahasiswa (Lagi)

Yang bikin saya bahagia dan rela jauh-jauh datang ke New Zealand bukan cuma karena ini adalah negara yang indah dan bisa memuaskan hasrat jalan-jalan para tourists, tapi lebih kepada kesempatan belajar yang saya beruntung banget bisa mendapatkan salah satunya. Ah, ribet banget introductionnya. Langsung aja ya ke cerita saya tentang pertama kali masuk kelas. Preparation Kalo ini saya jadi inget beberapa mata kuliah di UIN dulu (kayak Psikodiagnostika dan Psikologi Abnormal) yang sebelum masuk kelas itu otaknya harus udah ada isinya, kecuali kalo mau dibikin malu atau nggak dapet nilai tambahan. Di AucklandUni ini juga ada salah satu dosen dari empat courses yang saya ambil, yang udah posting bahan kuliahnya sejak 1 bulan sebelum mulai kuliah, oh wow. Belum apa-apa udah ngerasa overwhelmed aja. Tapi karena jalan ini yang sudah saya pilih, insyaAllah saya akan terus berusaha melanjutkan dan menikmatinya. Mata kuliah lain mulai menyusul memberikan silabus dan reading list-nya bebera...

Student Visa ke New Zealand

Hari pengumuman kelulusan PK kemarin juga merupakan hari dimana saya mendapatkan Unconditional LoA dari University of Auckland, sekaligus Letter of Guarantee (LG) dari LPDP. Sejak sebelumnya saya sudah gelisah karena khawatir proses pengajuan visa pelajar ke New Zealand akan memakan waktu lama, tapi saya percaya Alloh yang Menentukan waktu-waktu eksekusi kehidupan saya yang diamanahkan melalui pihak-pihak lain (seperti LPDP dan University of Auckland), karena saya sudah berikhtiar, tinggal pasrah dan menunggu eksekusi tersebut. Dan begitu semua ‘surat jalan’ tersebut datang di hari yang sama, keesokan harinya saya langsung mengajukan visa. Tapi sebenarnya masih belum mengajukan visa secara harfiah, karena ternyata setelah itu masih ada beberapa ‘insiden’, seperti LG asli harus disertakan di aplikasi visa (yang berarti saya harus ke LPDP dulu mengambil surat fisiknya), nama passport yang berbeda dengan nama KTP (sehingga saya harus mengajukan revisi nama di LG terlebih dahulu agar ...