Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2014

Idealis terhadap Realitas

Setelah baca postingan blog terbarunya sahabat saya, Dedew, khususnya kata-kata ini : Keinget SMS-anku dengan salah seorang kawan, tentang  realita  vs  idealisme . "I need ur view, mana yang lebih baik, memilih idealis mengejar mimpi yang belum pasti, ato bersikap realistis menerima keadaan yang ada walau tidak memuaskan diri?" "Saya tidak pernah sangat realistis ataupun idealis. Saya selalu milih di tengah-tengah. Pragmatis, kalau kata orang. Terima keadaan, tapi tetap berusaha mencapai mimpi. Kamu pikir kenapa saya tetep gini-gini aja sampai sekarang?" "Gini-gini aja? Merendah nih?" "Ya memang hidup saya gak ideal sih. Gak seideal yang saya pengen." "Nah tu kan sudah terjadi. Di masa yang akan datang?" "Diam-diam saya akan terus mengejar mimpi kok. :)" Duuh. Betapa obrolan yang bikin saya mikir sampai sekarang ( obviously, I'm an over thinker, too. I just don't show it off a lot ). 

Student Visa ke New Zealand

Hari pengumuman kelulusan PK kemarin juga merupakan hari dimana saya mendapatkan Unconditional LoA dari University of Auckland, sekaligus Letter of Guarantee (LG) dari LPDP. Sejak sebelumnya saya sudah gelisah karena khawatir proses pengajuan visa pelajar ke New Zealand akan memakan waktu lama, tapi saya percaya Alloh yang Menentukan waktu-waktu eksekusi kehidupan saya yang diamanahkan melalui pihak-pihak lain (seperti LPDP dan University of Auckland), karena saya sudah berikhtiar, tinggal pasrah dan menunggu eksekusi tersebut. Dan begitu semua ‘surat jalan’ tersebut datang di hari yang sama, keesokan harinya saya langsung mengajukan visa. Tapi sebenarnya masih belum mengajukan visa secara harfiah, karena ternyata setelah itu masih ada beberapa ‘insiden’, seperti LG asli harus disertakan di aplikasi visa (yang berarti saya harus ke LPDP dulu mengambil surat fisiknya), nama passport yang berbeda dengan nama KTP (sehingga saya harus mengajukan revisi nama di LG terlebih dahulu agar

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, University of Auckland

Ini ceritanya kayak sinetron, saya berkali-kali jatuh cinta pada beberapa universitas di luar negeri. Mulai dari SMP saya ingin ke Columbia University karena sempat ikut pameran tentang program persiapan masuk kuliah ke situ. Di usia SMA saya jatuh cinta dengan Yale University gara-gara nonton Gilmore Girls, dan yang menghentak pikiran saya waktu itu adalah saat saya mengobrolkannya dengan salah seorang teman, Fajar, Saya        : “Pengen ya kuliah di Yale.” Fajar       : “ Emang bisa kitu .” Saya        : “Iya mahal ya.” Fajar       : “Bukan, emang kaotakan kitu .” (terjemah bebasnya: emang otak kamu nyampe gitu?)

Membiasakan Kebiasaan yang Luar Biasa, Program Kepemimpinan LPDP

Di cerita sebelumnya saya menyebut-nyebut bisul (mohon maaf kalau agak jorok bagi sebagian orang). Bisul itu kan ‘mengusir’ darah kotor, saat bisul itu bucat, hilang pula darah kotornya. Maka Program Kepemimpinan (PK) ini bisa dianalogikan seperti proses bisul, rasanya perih, tapi membersihkan. Kenapa? Salah satu contohnya, sebelum PK: saya sering merasa lelah saat harus mengajar di kampus yang lokasinya jauh sekali dari rumah, lalu setelah PK: suatu hari setelah mengajar di tempat yang jauh tersebut, saya tidak bisa langsung pulang karena harus terus ke UIN-yang lokasinya berlawanan (rutenya: Tanjungsari-Tomo-Tanjungsari-Bandung-Tanjungsari), dan guess what? Tidak terasa melelahkan sama sekali! Kegiatan di PK padat sekali, tapi setelah itu tingkat ketahanan kita terhadap lelah meningkat. Kalau kata Mas Kamil (PIC PK dan Evaluator Beasiswa), “Rasakan manfaatnya,” I am undoubtedly agree . Petualangan PK dimulai ketika nama-nama peserta PK Angkatan 12 bermunculan di Google Docs.

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, LPDP

Sudah saya bilang sebelumnya kalau Pembibitan itu bukan awal dari perjalanan saya tapi ia adalah awal dari ketetapan hati saya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelumnya saya sudah memastikan bahwa saya akan bersekolah di dalam negeri saja, mengingat kondisi saya yang sudah “turun mesin”. Padahal sebelumnya lagi, sejak kecil saya menggebu-gebu ingin sekolah ke luar negeri, sampai saya mengoleksi lirik lagu bahasa Inggris (catat, bukan kaset atau CD-nya, melainkan catatan liriknya, haha), beraniin diri datang ke pameran sekolah Kanada di hotel bintang lima yang notabene di tahun itu masih langka dan yang hadirnya itu orang kaya semua, ikutan kursus bahasa Inggris yang murah bareng temen se-geng, nangis-nangis pengen kursus bahasa Inggris yang bonafid dan mahal tapi nggak diizinin Ibu Suri (tapi Alhamdulillah akhirnya dapat kesempatan ikut Pembibitan) dan sampai di awal kuliah: majang foto gedung departemen psikologi-nya Stanford University di wallpaper netbook (meski sampa