Skip to main content

Escape-nya Carolyn Jessop

Satu hari sebelum pemilihan dekan, ada bazaar buku di depan aula. Az n fera nyamperin ke sana, dan ada Pak Mursidin juga lagi liat-liat.

Az tengok-tengok, and I saw this novel. Langsung az baca sinopsis di cover belakangnya. Taraa.. cukup menarik n’ menyentil sisi kebimbangan az tentang poligami. Direkomendasikan ke Pak Mursidin untuk disumbangkan ke Perpustakaan Psikologi, then beliau langsung ngeluarin uang buat ngebayarnya.. Alhamdulillah. Jazakalloh Pak.

Az langsung daftar jadi anggota perpus (yang dari dulu belum terealisasi), trus minjem buku ini pertama kali. (Congrats Carolyn, buku Anda adalah buku pertama yang saya pinjam di Perpustakaan Psikologi! :-P)
This novel is really ... ajaib.

Kisah nyata Carolyn yang merupakan anggota Fundamentalist Church of Latter Day, sekte yang berpaling dari Gereja Mormon. Di FLDS yang menjunjung tinggi pernikahan poligami, Carolyn juga ikut bermain kehidupan disini. Di usia 18 tahun, dia menikah dengan Merril Jessop, tokoh kuat di FLDS yang berusia 50 tahun!

Punya delapan anak, dengan berbagai cerita persalinan yang penuh tekanan psikologis. Hidup dengan lima istri Merril yang lain dengan berbagai tekanan psikis dan fisik.

Then finally, dia berhasil “escape” bersama kedelapan anaknya dengan membawa bekal 20 dollar. (Az bisa ikut ngerasain senengnya bebaaas dari “penjara” kehidupan yang bermacam-macam itu.) Kisah Carolyn ini ... ajaib (hehee..lagi-lagi ajaib. atuda bingung gimana nge-interpretasi-nya). Yang mungkin ada beberapa orang di belahan dunia lain yang mengalami ini, tapi belum berhasil escape, ada juga yang berhasil, ada juga yang jadi kena gangguan psikologis.

Inti ceritanya itu aja sih, tapi perjalanannya itu looo, panjaaaaang (tapi masih panjangan cerita Harry Potter sih - salute to JK Rowling yang tanpa mengalami kejadian-kejadian di Harpot bisa berimajinasi sehebat itu). Maka dari itu, kalo ada saat-saat kita ngerasa terjebak di situasi yang sungguh tidak menyenangkan dalam waktu yang lama, yang bikin cangkeul n’ lelah ama semua hal yang terjadi. We are not alone, guys!! Banyak orang yang ngerasain itu, bahkan mungkin hampir semua orang mengalami itu, tapi berbeda-beda ceritanya. Kesusahan yang berkepanjangan, ampe kita ga bisa ngerasain basahnya air mata kita juga, someday bakal dibayar oleh senyum lebar kebahagiaan kita. Jadi, nikmati saat kamu sedih, nikmati saat kamu senang. Karena semuanya terjadi bergantian. Hitung juga, 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia. Berarti, penderitaan Carolyn selama 17 tahun, belum ada apa-apanya. Penderitaan kita juga yang sehari, seminggu, setahun, puluhan tahun, pasti pada saatnya akan berakhir. Entah oleh kebahagiaan, atau oleh kematian dan kebahagiaan di akherat. Never give up, sayangs...

Carolyn mulai berpikir escape saat dia berusia tiga puluhan, dia ngerasa itulah titik balik dia mulai berpikir tentang kebahagiaannya, karena sebelumnya dia dengan polos menjalani hidupnya bareng Merril. Dan ini nyikologi, sesuai teori-nya Jung tentang perkembangan kepribadian. Carolyn udah masuk Paruh Hidup II, yaitu ngalamin titik balik dan mencapai self. hoo...

Bahagia rasanya saat baca kalo Carolyn udah mulai hidup barunya dengan senang, meskipun masih aneh dan canggung di dunia luar, dia bisa menggebrak dunia dengan ceritanya. Woow. Apa yang bisa dilakukan kita untuk menggebrak dunia? Menyadarkan orang-orang dari kejahatan-kejahatan moral, fisik, uang, cinta, perbedaan agama, dan semua yang menyesakkan dada.

Tapitapitapi! Pasca-kabur, Carolyn bahagia kemudian jatuh sakit. Dia kena Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), gangguan stres pascatrauma. Dengan gejala yang dirasakan Carolyn, terasa seperti flu yang ditambah rasa mual sangat parah di pagi hari, lemah-lesu, demam, dan mimpi buruk. (hahaiy, nyikologi pisun. senang, senang!)

Untuk tau lebih jelas tentang PTSD, klik link di bawah :
daaan bisa nyari di website lain juga dengan nanya ke Mbah Google. Hehee.

Yang az garis bawahi, jangan menilai poligami dari sisi negatifnya aja. Coz saat ini dan sebelumnya az hidup di keluarga poligami, jadi sedikit banyak az tau gimana rasanya. Ada emosi kecewa, sedih, tapi juga bahagia. Kecewa kenapa keluarga az harus dipoligami, tapi juga bahagia karena keluarga az cukup harmonis dan bahagia. Poligami is not that bad, the most important is, semua yang terjadi, ayah kita punya istri banyak, ibu kita cerewet dan banyak marahin kita, teman kita ada yang ngejauhin kita, dll, adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Yang bisa kita lakukan, mengubah cara pandang kita melihat semua masalah yang kita hadapi.

- az -
Tanjungsari, 12 April 2010
Beres baca tanggal 11 April 2010

Comments

Popular posts from this blog

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, LPDP

Sudah saya bilang sebelumnya kalau Pembibitan itu bukan awal dari perjalanan saya tapi ia adalah awal dari ketetapan hati saya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelumnya saya sudah memastikan bahwa saya akan bersekolah di dalam negeri saja, mengingat kondisi saya yang sudah “turun mesin”. Padahal sebelumnya lagi, sejak kecil saya menggebu-gebu ingin sekolah ke luar negeri, sampai saya mengoleksi lirik lagu bahasa Inggris (catat, bukan kaset atau CD-nya, melainkan catatan liriknya, haha), beraniin diri datang ke pameran sekolah Kanada di hotel bintang lima yang notabene di tahun itu masih langka dan yang hadirnya itu orang kaya semua, ikutan kursus bahasa Inggris yang murah bareng temen se-geng, nangis-nangis pengen kursus bahasa Inggris yang bonafid dan mahal tapi nggak diizinin Ibu Suri (tapi Alhamdulillah akhirnya dapat kesempatan ikut Pembibitan) dan sampai di awal kuliah: majang foto gedung departemen psikologi-nya Stanford University di wallpaper netbook (meski sampa...

Jadi Mahasiswa (Lagi)

Yang bikin saya bahagia dan rela jauh-jauh datang ke New Zealand bukan cuma karena ini adalah negara yang indah dan bisa memuaskan hasrat jalan-jalan para tourists, tapi lebih kepada kesempatan belajar yang saya beruntung banget bisa mendapatkan salah satunya. Ah, ribet banget introductionnya. Langsung aja ya ke cerita saya tentang pertama kali masuk kelas. Preparation Kalo ini saya jadi inget beberapa mata kuliah di UIN dulu (kayak Psikodiagnostika dan Psikologi Abnormal) yang sebelum masuk kelas itu otaknya harus udah ada isinya, kecuali kalo mau dibikin malu atau nggak dapet nilai tambahan. Di AucklandUni ini juga ada salah satu dosen dari empat courses yang saya ambil, yang udah posting bahan kuliahnya sejak 1 bulan sebelum mulai kuliah, oh wow. Belum apa-apa udah ngerasa overwhelmed aja. Tapi karena jalan ini yang sudah saya pilih, insyaAllah saya akan terus berusaha melanjutkan dan menikmatinya. Mata kuliah lain mulai menyusul memberikan silabus dan reading list-nya bebera...

Student Visa ke New Zealand

Hari pengumuman kelulusan PK kemarin juga merupakan hari dimana saya mendapatkan Unconditional LoA dari University of Auckland, sekaligus Letter of Guarantee (LG) dari LPDP. Sejak sebelumnya saya sudah gelisah karena khawatir proses pengajuan visa pelajar ke New Zealand akan memakan waktu lama, tapi saya percaya Alloh yang Menentukan waktu-waktu eksekusi kehidupan saya yang diamanahkan melalui pihak-pihak lain (seperti LPDP dan University of Auckland), karena saya sudah berikhtiar, tinggal pasrah dan menunggu eksekusi tersebut. Dan begitu semua ‘surat jalan’ tersebut datang di hari yang sama, keesokan harinya saya langsung mengajukan visa. Tapi sebenarnya masih belum mengajukan visa secara harfiah, karena ternyata setelah itu masih ada beberapa ‘insiden’, seperti LG asli harus disertakan di aplikasi visa (yang berarti saya harus ke LPDP dulu mengambil surat fisiknya), nama passport yang berbeda dengan nama KTP (sehingga saya harus mengajukan revisi nama di LG terlebih dahulu agar ...