Skip to main content

Diary of a Thesis - Day 253

I just decided to write my journey after 252 days of quirky contemplation. Quirky here means I finally got approval from Ethics Committee after three months of my author's thinking, revising, waiting, bewildering, negotiating, and loving myself to grow without hurting anyone. Quirky here means I finally collected all the data after three months of my author's works: traveled Bandung-Tanjungsari on weekdays, spent time with her daughters during the nights and weekends, and did the sometimes-frustrating trials and errors. Quirky here means I was becoming one of the tiring processes in my author's life, but in the same time, both of us gain many wonderful experiences. 

It's been 30 days (approximately) since my author started to change me from memories into scientific words. Until now I've got my initial intro, method, results, and discussion parts which still require more development. I want to help my author, but I don't know how. I just try to be more attractive when she stay around, although I realize her daughters are more attractive than me. I try to be more read-able, although her fave movies are more watch-able than me. But those issues won't stop me to try, because I know, she knows, the ultimate purpose of creating me into a complete thesis is not only to be responsible to Indonesian people who fund my author's life when she's with me, but also to be able to create happiness in every place she visit, in every time she spend, and in every surface she touch.

I was worried that today was a not-so-productive day. She only modified the presentation of my figures and revised a paragraph of my method section. Maybe it's because today is still holiday, and our supervisor voices who said "... take a few days off," is going in our head. While I was floating in a dream boat inside her laptop, she spending her time with the family: cuddling, sleeping, eating, watching TV and watching the kids dancing, sometimes feeling angry when she try to focus more on me than her family but they keep staying around. After all, I think it WAS a productive day for my author, because time is not a waste when you spend it with people you love most.

Comments

Popular posts from this blog

Dan Ku Bisa dengan Radarku Menemukanmu, LPDP

Sudah saya bilang sebelumnya kalau Pembibitan itu bukan awal dari perjalanan saya tapi ia adalah awal dari ketetapan hati saya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelumnya saya sudah memastikan bahwa saya akan bersekolah di dalam negeri saja, mengingat kondisi saya yang sudah “turun mesin”. Padahal sebelumnya lagi, sejak kecil saya menggebu-gebu ingin sekolah ke luar negeri, sampai saya mengoleksi lirik lagu bahasa Inggris (catat, bukan kaset atau CD-nya, melainkan catatan liriknya, haha), beraniin diri datang ke pameran sekolah Kanada di hotel bintang lima yang notabene di tahun itu masih langka dan yang hadirnya itu orang kaya semua, ikutan kursus bahasa Inggris yang murah bareng temen se-geng, nangis-nangis pengen kursus bahasa Inggris yang bonafid dan mahal tapi nggak diizinin Ibu Suri (tapi Alhamdulillah akhirnya dapat kesempatan ikut Pembibitan) dan sampai di awal kuliah: majang foto gedung departemen psikologi-nya Stanford University di wallpaper netbook (meski sampa...

Jadi Mahasiswa (Lagi)

Yang bikin saya bahagia dan rela jauh-jauh datang ke New Zealand bukan cuma karena ini adalah negara yang indah dan bisa memuaskan hasrat jalan-jalan para tourists, tapi lebih kepada kesempatan belajar yang saya beruntung banget bisa mendapatkan salah satunya. Ah, ribet banget introductionnya. Langsung aja ya ke cerita saya tentang pertama kali masuk kelas. Preparation Kalo ini saya jadi inget beberapa mata kuliah di UIN dulu (kayak Psikodiagnostika dan Psikologi Abnormal) yang sebelum masuk kelas itu otaknya harus udah ada isinya, kecuali kalo mau dibikin malu atau nggak dapet nilai tambahan. Di AucklandUni ini juga ada salah satu dosen dari empat courses yang saya ambil, yang udah posting bahan kuliahnya sejak 1 bulan sebelum mulai kuliah, oh wow. Belum apa-apa udah ngerasa overwhelmed aja. Tapi karena jalan ini yang sudah saya pilih, insyaAllah saya akan terus berusaha melanjutkan dan menikmatinya. Mata kuliah lain mulai menyusul memberikan silabus dan reading list-nya bebera...

Student Visa ke New Zealand

Hari pengumuman kelulusan PK kemarin juga merupakan hari dimana saya mendapatkan Unconditional LoA dari University of Auckland, sekaligus Letter of Guarantee (LG) dari LPDP. Sejak sebelumnya saya sudah gelisah karena khawatir proses pengajuan visa pelajar ke New Zealand akan memakan waktu lama, tapi saya percaya Alloh yang Menentukan waktu-waktu eksekusi kehidupan saya yang diamanahkan melalui pihak-pihak lain (seperti LPDP dan University of Auckland), karena saya sudah berikhtiar, tinggal pasrah dan menunggu eksekusi tersebut. Dan begitu semua ‘surat jalan’ tersebut datang di hari yang sama, keesokan harinya saya langsung mengajukan visa. Tapi sebenarnya masih belum mengajukan visa secara harfiah, karena ternyata setelah itu masih ada beberapa ‘insiden’, seperti LG asli harus disertakan di aplikasi visa (yang berarti saya harus ke LPDP dulu mengambil surat fisiknya), nama passport yang berbeda dengan nama KTP (sehingga saya harus mengajukan revisi nama di LG terlebih dahulu agar ...