Skip to main content

The Resound of Dekan I

Pemilihan Dekan Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati 2010-1014 is on air!!!
Sebelum dipilih ama Senat Fakultas, SMF ngadain dialog interaktif calon dekan ama mahasiswa. Mereka mempresentasikan program mereka, dan dapet beberapa pertanyaan dari panelis ‘n peserta.

Calon dekan :
Dr. H. Adang Hambali, M.Pd
Dr. Mursidin, M.Pd
(Harusnya ada juga Bu Fenti, tapi az ga tau kenapa beliau ga ikut duduk di depan - did I miss something?)

Panelisnya :
Asti Meiza, M.Si
Irfan Hilmi
Kang Arul (I forgot his real name ^_^V)

Az ga tau kriteria untuk seorang dekan, tapi setelah browsing, kriterianya adalah sbb :
1. Mempunyai kepribadian yang baik, sesuai dengan jabatan Dekan di lingkungan Institut Teknologi Bandung, yang jika dirinci antara lain meliputi faktor integritas, dedikasi, kreatifitas, dan dinamika.


2. Berwibawa dalam bidang akademik di Fakultas/Sekolah sesuai dengan jabatan Dekan, yang dirinci antara lain meliputi faktor-faktor latar belakang pengetahuan, persepsi, otoritas, dan pengertian komprehensif mengenai masalah-masalah yang bersangkutan dengan jabatan tersebut.

3. Mempunyai kemampuan manajerial sesuai dengan jabatan Dekan, yang dirinci antara lain meliputi faktor-faktor kepemimpinan, keterampilan, teknik-teknik manajemen, kerjasama tim, dan pengalaman.

Persyaratan Administratifnya :
1) Staf Pengajar yang pada saat pencalonan telah menyelesaikan pendidikan Doktor dan berijazah Doktor, serta sekurang-kurangnya berjabatan Lektor Kepala. Bila gelar Doktor diperoleh dari universitas di luar negeri, maka ijazah tersebut harus diakreditasi oleh negara c.q. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

2) Berusia maksimum 60 (enampuluh) tahun.

Pengecualian terhadap persyaratan di atas dapat dilakukan dengan persetujuan Rektor setelah mendengar masukan Pjs. Dekan.

Yang di atas adalah kriteria calon dekan di ITB sesuai SK Rektor No. 232/SK/K01/OT/2005. Wow. Mungkin UIN SGD juga ga jauh beda, n’ ditambah pengetahuan agamanya sepertinya. Dilihat dari kriterianya, az percaya dekan punya peran penting untuk memajukan fakultas.

Dari sekian banyak pertanyaan dan komplain tentang Fakultas Psikologi UIN SGD, az rangkum sbb :
Kebijakan yang akan dibuat dalam rangka perbaikan layanan untuk civitas akademika menurut kedua-duanya adalah dengan terlebih dahulu membangun kultur.

Tanggapan calon dekan mengenai Islamisasi sains adalah di perkuliahan mata kuliah diintegrasikan (menurut Pak Mursidin), sedangkan menurut Pak Adang ilmu tidak dengan mudah dapat diintegrasi, justru secara epistemologi, semua ilmu   adalah berdasarkan Tauhidullah.

Dan masih banyak dialog lainnya. Tapi semuanya masih berupa wacana. Yang az n’ mungkin teman-teman az juga harapkan sebagai anggota KaBeMaPsi UIN SGD, dekan periode ini (which means mimpin kita ampe kita lulus – angkatan 2009) harus bisa memahami mahasiswanya dan segenap keluarga besar fakultas mulai dari dosen, staff TU, ampe petugas kebersihannya. Dekan harus tahu apa kebutuhan kami semua, membuat skala prioritas, memahami tujuan masing-masing anggota, memajukan fakultas dengan segenap jiwa dan raganya, dll. (Haduuuh.. banyak banget harapan kita buat dekan baru ini).

SMF juga bahkan bikin nota kesepahaman bareng dekan baru supaya semua janji tertepati, semua kebutuhan kami terpenuhi, dan semua cita-cita kami tercapai. Tapi az juga setuju dengan kata-kata Pak Mursidin, kalo emang kita sebagai mahasiswa menuntut dekan ini dan itu, maka dekan juga berhak menuntut kita - mahasiswanya melakukan berbagai hal untuk kepentingan dan keuntungan kita sendiri. Misal, kita nuntut dekan buat melengkapi semua fasilitas untuk perkuliahan (yang menurut az-butuh usaha yang sangat keras untuk mencapainya), maka wajar kalo dekan juga nuntut kita supaya kuliah sebaik-baiknya dengan sepenuh hati, menjunjung tinggi ungu-nya psikologi tanpa membawa embel-embel pihak manapun, dan menjadi mahasiswa yang melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi. Dekan juga perlu ningkatin kedisiplinan keluarga lainnya (dosen, staff TU, dll) untuk lebih tepat waktu dan juga menghargai waktu kuliah yang sudah diberikan.
And finally, Pak Adang jadi the next Dekan KaBeMaPsi!

Welcome our new father. Semoga selalu dalam lindungan Allah dalam setiap langkahnya, di setiap kebijakan yang diambilnya, di setiap kata-kata yang diucapkannya, di semua buku dan karya yang ditulisnya.
Harus bisa jadi ayah yang baik buat kami semua, mengerti kami, memimpin kami dan terus menjaga kami dari warna-warna lain yang masuk tapi tetep membuat kami tahu segalanya tentang dunia, mengerti warna-warna lain tanpa memberi efek negatif buat fakultas, membimbing kami sampai ke masa depan kami. Meski jadi dekan, tetap tidak menghalangi Bapak untuk memberikan ilmu-ilmunya pada kami tanpa henti, dengan segenap hati.

Kami juga akan terus berusaha menjadi anak-anak yang baik, berusaha untuk tidak mempermalukan ayah dan nama keluarga kami.

Semangatt, Pak! We love you, we love KaBeMaPsi!

To be continued ... (let’s see how Pak Adang works)

P.S.  : jangan lupa PJD-nya Pak! (Pajak Jadi Dekan).. hehhee..

Kata-kata Bijak di Dialog ini :
Saya merasa mendapat dukungan moral dari dialog mahasiswa ini. (Adang Hambali)

Dunia ideal memang sempurna, tetapi realitas sering terasa pahit. (Mursidin)

Jangan jadi penonton sejarah, jadilah pelaku sejarah. (Vici Sofianna Putra - kayaknya dikutip dari siapa gitu)

Mohon maaf kalo ada yang kelewat, az dua kali bolak-balik ke toilet nganterin Ferra :-P

Referensi :
SK Rektor ITB No. 232 Tahun 2005

- az -
Tanjungsari, 12 April 2010
Acara dialog-nya tanggal 7 April 2010.

Comments

Popular posts from this blog

It is (Not) the Beginning - Pembibitan Alumni PTAI 2013

Cerita ini dimulai sejak pelepasan alumni yang diadakan fakultas psikologi. Saat itu dekan mengumumkan bahwa ada peluang beasiswa ke luar negeri yang diprioritaskan untuk lulusan terbaik. Alhamdulillah untuk gelombang wisuda kali ini, saya menjadi lulusan terbaik dan tercepat. Seusai pelepasan, saya bergegas menghampiri Pak Agus-wakil dekan I (yang sudah mau masuk mobil), untuk bertanya lebih lanjut mengenai beasiswa tersebut. Beliau menjelaskan bahwa syarat lain yang harus saya penuhi adalah nilai TOEFL yang cukup, dan untuk pengumuman lebih detailnya, suratnya sedang difotokopi oleh Neyna-salah satu sahabat saya, jadi katanya nanti saya tinggal minta ke dia. Okay. Dan mulailah saya mencari-cari kursus TOEFL MURAH (yang sama sekali nggak mungkin murah) kemana-mana. Tapi kemudian saya memutuskan belajar sendiri dengan mengerjakan latihan di buku TOEFL (buku yang saya rekomendasikan untuk TOEFL ITP adalah “An Easy Way To Answer TOEFL” karya Otong Setiawan Djuharie). Saya juga mul...

Semester Terakhir di Postgraduate Diploma

Sebelumnya saya mau cerita soal skema studi yang harus saya lalui di Auckland Uni ini. Jadi studi master dengan total 2 tahun itu terdiri dari 1 tahun Postgraduate Diploma (PGDip) yang terdiri dari perkuliahan di kelas dan 1 tahun Master dengan penelitiannya. Jika nilai PGDip mencukupi, barulah saya diizinkan untuk lanjut ke Master. Alhamdulillah, meskipun dengan perasaan tegang sepanjang waktu karena di semester lalu nilai saya sedikit kurang memenuhi syarat, akhirnya di semester ini hasilnya lebih baik dan sayapun masih diberi kesempatan untuk melanjutkan Master. Berdasarkan pengalaman belajar semester sebelumnya, saya jadi lebih berhati-hati dalam memilih mata kuliah yang akan diambil di semester kedua ini. Kriteria yang saya pertimbangkan diantaranya:

Kia Ora

Menunggu Tahun ini adalah tahun dengan momen menunggu terbanyak sepanjang hidup, mulai dari menunggu Keke keluar kelas saat menjemputnya pulang sekolah, menunggu pengumuman seleksi beasiswa beberapa tahap, mengikuti proses pendaftaran universitas, menunggu visa keluar, menunggu pencairan dana setelah pengajuan, menunggu kabar atau konfirmasi dari pihak-pihak terkait keberangkatan, dan menunggu-menunggu lainnya. Tapi karena ini yang saya inginkan, maka menunggu itu menjadi suatu keindahan. Meskipun harus bertetes-tetes air mata, berdarah-darah, tetap saja rasanya nikmat (pada akhirnya). Setelah sesi menunggu visa berakhir, saya akhirnya mendapatkan tiket pesawat CGK-SYD-AKL untuk tanggal 18 Juli. Dan begitu melihat e-ticket masuk ke email saya, rasanya masih seperti mimpi. Beneran ini teh saya mau belajar ke luar negeri? Beneran ini teh saya mau ninggalin keluarga dan harus melewati masa menunggu yang menyiksa itu lagi? Beneran ini teh saya mau masuk ke kelas yang bahasanya full ...